Cara Menulis Makalah
Pada kesempatan kali ini saya akan
berbagi mengenai bagaimana cara menulis dan menyusun makalah, telah diketahui makalah merupakan KARYA
ILMIAH yang memiliki sistematika
dalam penyusunannya, baiklah langsung saja saya akan berbagi mengenai cara
menulis makalag sebagai berikut:
1.
Halaman
sampul
Pada halaman ini biasanya berupa
identitas nama penyusun, nama lembaga,
2.
Kata
Pengantar
Berisi ucapan puji syukur atas
terselesainya makalah yang disusun, ucapan terimakasih kepada pihak yang
membantu
3.
Daftar
Isi
Berupa nama-nama judul beserta halaman
yang tertera dalam makalah
4.
BAB
I PENDAHULUAN
·
Latar belakang masalah
Berupa asal-mula mengapa masalah tersebut dibuat, memberikan
rincian secara global tentang masalah yang diangkat
·
Rumusan masalah
Berupa masalah-masalah yang akan dia angkat dalam penyusunan
makalah
·
Tujuan rumusan masalah
Berupa tujuan/maksud atau harapan yang dapat diperoleh setelah
memahami rumusan masalah
5.
BAB
II PEMBAHASAN
·
Pada bab ini langsung masuk isi materi yang di
bahas sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat
6.
BAB
III PENUTUP
·
Kesimpulan
Berupa intisari dari keseluruhan pembahasan
·
Saran
Pesan yang disampaikan penulis kepada pembaca terkait manfaat
makalah yang sudah tersusun
7.
Daftar
Pustaka
·
Berisi literatur atau darimana sumber yang
telah digunakan dalam penyusunan makalah baik dari buku maupun media cetak atau
internet.

Dalam penyusunan makalah menggunakan kertas A4, menggunakan huruf arial
ukuran 12,

MAKALAH
“ Paragraf dalam Bahasa Indonesia ’’
Dosen Pengampu : Irma Arifah S.Pd, M.Pd

Oleh kelompok 2
Nama NPM
1. Akhirul Febrian Alif Ramdhani 140730452119001
2. Anisaul Mahmudah 140730452119002
3. Risky Mahardika 140730452119024
PENDIDIKAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL(PIPS) /
PENDIDIKAN
PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN(PPKn)
Semester
IV
STKIP-PGRI
TRENGGALEK
Jl.
Supriyadi 22 K.P 66319 TRENGGALEK
TAHUN
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah dalam mata kuliah Bahasa Indonesia
dengan judul “ Paragraf dalam Bahasa Indonesia” tepat pada waktunya.
Makalah
ini kami susun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Bahasa Indonesia
sekaligus media pembelajara bagi kami dan para pembaca sekalian. Namun kami
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran khususnya dari Dosen pengampu mata kuliah
Bahasa Indonesia yth.Ibu Irma Arifah, S.Pd, M.Pd. serta para
pembaca pada umumnya agar dalam penyusunan makalah kami selanjutnya dapat lebih
baik.
Harapan
kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan juga para pembaca
sekalian. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terimakasih.
Trenggalek, 18 April 2016
Penyusun
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Halaman Sampul........................................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah.......................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan
Masalah......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat
dan Kegunaan Paragraf............................................................ 2
2.1.1 Hakikat Paragraf.................................................................................. 2
2.1.2 Kegunaan Paragraf............................................................................ 3
2.2 Ciri-ciri
Paragraf......................................................................................... 3
2.3 Macam-macam
Paragraf.......................................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 14
3.2 Saran........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Para penulis perlu memahami hakikat
paragraf. Pemahaman dan pengetahuan tentang hakikat paragraf dapat membantu
para penulis pemula untuk meningkatkan kualitas paragraf yang ditulisnya.
Dengan pemahaman dan pengetahuan itu, penulis dapat menuangkan gagasannya dalam
rangkaian kalimat-kalimat yang tersusun dalam paragraf yang baik dan mudah
dipahami oleh para pembaca. Disamping itu, para penulis perlu mengetahui
berbagai macam bentuk dan jenis paragraf, kriteria paragraf dan panjang
paragraf yang sesuai dengan keperluan. Untuk itu dibagian ini akan disajikan
berbagai macam pertimbangan untuk memilih bentuk dan panjang paragraf serta
mengetahui lebih dalam mengenai paragraf terkait dengan berbagai macam bentuk
dan jenis paragraf, kriteria paragraf dan panjang paragraf.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Hakikat dan kegunaan paragraf.
2. Ciri-ciri paragraf.
3. Macam-macam paragraf.
1.3 Tujuan
Masalah
1. Memahami akan hakikat dan kegunaan
paragraf.
2. Memahami tentang ciri-ciri paragraf.
3. Memahami macam-macam paragraf.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat
dan Kegunaan Paragraf
2.1.1 Hakikat
Paragraf
Paragraf disebut juga alenia. Kata
paragraf diserap kedalam bahasa Indonesia dari kata Inggris paragraph,
sedangkan kata alinea dari bahasa Belanda dengan ejaan yang sama. Kata Belanda
itu sendiri berasal dari kata Latin a linea, yang berarti mulai dari baris
baru.
Sebuah paragraf (dari bahasa yunani “
Paragraphos ” yang artinya
“menulis disamping” atau “tertulis disamping” yaitu suatu jenis tulisan yang
memiliki tujuan atau ide). Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris
baru. Terkadang baris pertama dimasukkan, kadang-kadang dimasukkan tanpa
melalui baris baru. Dalam beberapa hal awal paragraf telah ditandai oleh
pilcrow (¶).
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari
pikiran, gagasan atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf
non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik, sehingga
dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa
yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan.
Paragraf pada umumnya, terdiri dari tiga
hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal.
Dalam fiksi prosa contohnya, tapi hal ini umum dari paragraf prosa terjadi
ditengah atau diakhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau
berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika
dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang
dikutip berganti.
Jadi dapat disimpulkan bahwa paragraf merupakan
bagian-bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubung-hubungan
secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran yang dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama
paragraf, memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama, dan
ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.
2.1.2 Kegunaan
Paragraf
Sebuah karangan baik panjang maupun
pendek harus dibagi menjadi bagian-bagian. Karangan panjang pada umumnya dibagi
menjadi bab-bab, kemudian bab-bab itu dibagi menjadi subbab-subbab, misalnya
hanya terdiri atas satu halaman, juga harus dibagi-bagi lagi menjadi
bagian-bagian yang disebut paragraf. Dengan cara demikian, mudahlah
diketahui dimana suatu pokok pikiran dimulai, dikembangkan dan diakhiri.
Pada
saat membaca wacana yang tak terbagi-bagi atas paragraf-paragraf mungkin hal
ini akan menyulitkan bagi pembaca untuk mengetahui isi dari wacana tersebut,
juga dipaksa membaca terus sampai selesai. Akibatnya sukar mengadakan
konsentrasi pikiran dari satu tema ke tema yang lain.
Berbeda
halnya jika karangan itu terbagi-bagi atas paragraf-paragraf, setelah sebuah
paragraf berakhir, pembaca dapat berhenti sebentar dan dapat berkonsentrasi
terhadap tema yang terkandung dalam paragraf itu. Jelas bahwa paragraf itu berguna
untuk memudahkan memahami pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam suatu
karangan.
Disamping
hal diatas, tujuan utama pembagian karangan menjadi paragraf-paragraf adalah untuk
memisahkan dan menekankan adanya tahapan-tahapan berpikir. Tahapan-tahapan
berpikir yang dimaksudkan secara garis besar meliputi tahap pengantar, inti dan
penutup.
Penggunaan
paragraf dalam tulisan prosa mempunyai banyak pertimbangan. Jika sebuah
karangan tidak ditulis dengan paragraf, maka karangan tersebut mempercepat
titik kebosanan pembaca. Sebab, pembaca sulit menemukan ide-ide yang
penting dalam karangan tersebut dan tidak ada penanda yang memberi tahu
pergantian ide, dimana paragraf berguna sebagai penanda pergantian ide.
2.2 Ciri-ciri
Paragraf
Membuat definisi bukanlah pekerjaan yang
mudah, termasuk juga definisi paragraf. Agar dapat membuat definisi yang tepat
dan akurat, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam terhadap obyek
yang akan didefinisikan. Oleh sebab itu, pada bagian ini tidak dikemukakan
definisi paragraf, melainkan disajikan beberapa ciri paragraf sebagi berikut :
1) Paragraf sebagai
satuan pikiran yang terkecil
Sebuah tulisan, misalnya buku atau artikel
biasanya menyajikan suatu ide yang cukup besar atau luas. Ide yang luas itu
tidak mungkin disajikan secara utuh. Oleh sebab itu, ide yang luas itu
dipecah-pecah menjadi ide-ide yang lebih kecil. Ide dalam buku, misalnya dapat
dipecah menjadi bab, dan bab dipecah menjadi subbab. Akhirnya subbab dipecah
lagi menjadi paragraf-paragraf. Dengan demikian, paragraf merupakan satuan
pikiran atau ide yang kecil.
Paragraf itu biasanya berisi satu ide pokok
yang merupakan bagian dari ide yang lebih besar (tema). Satu ide pokok itu
dikembangkan dan dituangkan dalam beberapa kalimat. Kalimat-kalimat itu
bertumpu tetap bertumpu pada ide pokoknya. Dalam mengembangkan paragraf tidak
boleh menggunakan kalimat yang menyimpang dari ide sentralnya itu, sebab
penyimpangan berarti mengurangi keutuhan paragraf.
Dibawah ini merupakan bagan sebuah karangan
yang terdiri atas beberapa paragraf :
|
Pendahuluan
pernyataan topik
Batang
tubuh
Topik pedukung 1
Topik pendukung 2
Topik pendukung 3
Kesimpulan
penanda penutup
Ringkasan atau simpulan
|
2) Paragraf sebagai
kelompok kalimat
Wujud paragraf, seperti yang tampak
berupa sekelompok kalimat. Jumlah kalimt yang membentuk kelompok itu tidak
pasti banyaknya. Kita dapat menemukan paragraf yan terdiri atas dua kalimat,
tiga kalimat, empat kalimat dan bahkan berpuluh-puluh kalimat. Dengan demikian,
jumlah kalimat bukanlah suatu patokan dalam menentukan paragraf.
Sebuah kelompok kalimat dapat dinamakan
paragraf sebuah paragraf apabila mempunyai ciri (1) kalimat itu saling
berhubungan, baik hubungan kohesi maupun koherensi, (2) kelompok kalimat
itu membentuk suatu keutuhan ide, (3) urutan kalimat itu runtut, (4)
dalam kelompok kalimat itu hanya terdapat satu ide pokok.
3) Paragraf sebagai
rangkaian kalimat yang teratur
Kalimat-kalimat dalam paragraf terdiri
atas beberapa kalimat yang membentuk kelompok. Kalimat-kalimat itu disusun
secara teratur dan sistematis, sehimgga menunjukkan keruntutan ide yang diungkapkan.
Kalimat-kalimat yang disususn secara acak
tidak dapat disebut paragraf. Kalimat-kalimat dalam paragraf harus
menunjukkan adanya keterhubungan. Dengan demikian kalimat-kalimat lepas dan
tidak berkaitan yang dideretkan seperti paragarf tidak layak dinamakan
paragraf.
Kalimat-kalimat yang membentuk paragraf
harus dirangkai secara teratur. Kalimat-kalimat dalam paragraf dapat
diibaratkan sebuah rangkaian bunga. Agar kelihatan indah dan menarik,
bunga-bunga diatur dengan memperhatikan komposisi warna, bentuk, ukuran, dan
juga motifnya. Penataan bunga yang bagus dapat menghasilkan rangkaian bunga
yang mempesona penikmatnya. Serupa dengan itu, kalimat-kalimat dalam paragraf
harus diatur dengan mempertimbangkan urutan ide yang dikembangkan, agar dapat
mempesona pembacanya.
4) Paragraf sebagai
miniatur sebuah karangan
Menurut ahli tulis menulis, paragraf
dikatakan sebagai sebuah bentuk kecil (miniatur) karangan. Dengan kata lian,
paragraf merupakan karangan mini yng terdiri atas beberapa kalimat. Hal ini
berarti prinsip-prinsip dalam menulis karangan pada dasarnya sama dengan
menulis paragraf. Seperti dalam menulis karangan, menulis paragraf hendaknya
memperhatikan bagian-bagian awal, tengah, dan akhir. Tiap-tiap bagian mempunyai
ciri tesendiri. Selain itu, dalam menulis paragraf harus nmempertimbangkan
penggunaan kalimat, pemulihan kata, penggunaan ejaan yang tepat dan sebagainya.
Sebagai miniatur karangan, paragraf harus
mempunyai tema. Tema paragraf dinamakan ide pokok. pengembangan paragraf harus
bertumpu pada ide pokok itu. Artinya, setiap kalimat penjelas dalam paragraf
hendaknya diarahkan untuk memperjelas ide pokok tersebut. Hal ini sama dengan
pengembangan tema pada sebuah karangan. Perbedaannya terlihat pada skala
pengembangan tersebut.
|
Tanda-tanda
pembuka
Isi
(ide pokok dan pendukung)
Tanda-tanda
penutup
|
Dua Bentuk Visual Paragraf
Menurut prinsip tulis-menulis yang
berlaku selama ini, ada dua bentuk penulisan paragraf. Pertama, bentuk balok
yaitu bentuk paragraf yang menyerupai balok. Paragraf bentuk balok ini sering
digunakan dalam menulis surat, khususnya surat-surat resmi. Penggunaan paragraf
ini dimulai dengan penulisan kalimat pertama paragraf pada garis tepi, seperti
tampak padabagan dibawah ini.
|
Xxxxxxxxxxxxxxxx.
Xxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxx.
Xxxxxxxxxxx.Xxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxx.
Xxxxxx
xxxxxxxxxxxxxx.
Xxxxxxxx
xxxx.
Xxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxx.
|
Paragraf bentuk balok dibatasi oleh spasi
rangkap dibawah atau diatas paragraf. Pergantian paragraf itu ditandai dengan
adanya spasi rangkap tersebut.
Kedua, bentuk paragraf menjorok
yaitu bentuk paragraf yang ditulis dengan baris pertama (kalimat utama) agak
menjorok ke kanan kira-kira 7 ketukan (karakter). Paragraf bentuk menjorok ini
banyak dipakai dalam karang-mengarang seperti pada buku teks, surat kabar,
majalah, dan sebagainya. Bentuk paragraf ini dapat digambarkan sebagai berikut.
|
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
Xxxxxxxxxxxxx.Xxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxx.Xxxxxxxxxxxxxxx.
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
Xxxxxxxxxxxx.Xxxxxxxxxxxxx
|
Penggunaann bentuk paragraf ini lebih
menguntungkan dalam tulis-menulis, sebab (1) dapat menghemat ruang, (2) dapat
mempercepat proses penulisan. Batas paragraf ini dapat ditandai dengan adanya
spasi yang agak menjorok ke kanan. Artinya, apabila suatu baris diawali dengan
agak menjorok ke kakanan, maka dapat dicurigai sebagai paragraf baru. Namun
perlu diingat bahwa tidak semua baris menjorok merupakan paragraf .
2.3 Macam-macam paragraf menurut jenis dan letak kalimat utamanya
Ø Berdasarkan jenisnya
1) Narasi adalah paragraf
yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya: ada
kejadian, ada pelaku, dan ada waktu kejadian.
Contoh:
Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa
khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia
membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki
berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia
langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin
terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu
semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun
memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.
2) Deskripsi adalah paragraf
yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat,
mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan
dapat berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek yang
digambarkan.
Contoh:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi
kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya
bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip
dengan para wanita Palestina.
3) Eksposisi adalah paragraf
yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga
orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi.
Contoh:
Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah
mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan
masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan
terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan
atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa
dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk
menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.
4) Argumentasi adalah paragraf yang
mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya. Ciri-cirinya: ada
pendapat dan ada alasannya.
Contoh:
Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain
tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan "meta
penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter
manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan
negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju
karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.
5) Persuasi adalah paragraf
yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar
melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu.
Contoh:
Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah
boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun
kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS
tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan,
dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
Ø Berdasarkan letak kalimat utamanya
1) Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan
pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.
Contoh:
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa
dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan
tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.
2) Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan
kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi
ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.
A. Generalisasi adalah pola
pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan
kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali,
Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat
nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang.
Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:
- Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
- Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
- Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
- Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.
Berdasarkan bentuk
dan pola pengembangannya paragraf generalisasi juga dapat dibagi dalam 2 jenis
bentuk paragraf generalisasi
1.
Loncatan Induktif
Paragraf
Generalisasi yang bentuknya loncatan induktif adalah paragraf yang tetap
bertolak dari beberapa fakta namun fakta yang ada belum bisa mencerminkan
seluruh fenomena yang terjadi. Tapi fakta itu dianggap mewakili sebuah
persoalan oleh penulis. Generalisasi jenis ini sangatlah lemah karena dasar
faktanya belum bisa mencerminkan seluruh fenomena.
2.
Tanpa Loncatan Induktif
Paragraf
Generalisasi yang berbentuk Tanpa Loncatan Induktif merupakan paragraf
generalisasi yang memberikan cukup banyak fakta dan lengkap sehingga bisa
mewakili keseluruhan. Paragraf ini sangat baik karena kebenarannya dapat
dipercaya karena menggunakan fakta yang lengkap.
B. Analogi adalah pola
penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang memiliki sifat sama.
Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai
segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain.
Contoh:
Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin.
Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan
teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak
mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia.
Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada
penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan
mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang
pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Dalam paragraf di
atas, penulis membandingkan mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada
penciptanya, yakni manusia sehingga penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti
ada pula penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu
demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang
kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
C. Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan
fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika
hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit
kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab,
dan sebab-akibat 1 akibat 2.
1.
Sebab-Akibat
Penalaran ini
berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan
sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B. Contoh:
Era Reformasi tahun pertama
dan tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian,
perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi
nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran
dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian,
kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang
ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga Era
Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup menerima pinjaman luar negeri dengan
syarat yang kurang lunak untuk membiayai pembangunan.
Hal penting yang
perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat adalah
kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.
2.
Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita
memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita
analisis untuk mencari penyebabnya. Contoh:
Kemarin Badu tidak
masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli
obat. Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.
a)
Sebab-Akibat-1 Akibat-2
Suatu penyebab dapat
menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang
menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa
akibat. Contoh:
Mulai tanggal 17
Januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah,
premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya. Hal ini karena Pemerintah
ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali
berlangsung normal. Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya
angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang
pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk transportasi harus
diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat.
Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikkan
pendapatan masyarakat.
3) Paragraf Campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok
atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri
dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan
penegasan dari awal paragraf.
Contoh:
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari
komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti
menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun
yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti
sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
4) Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar adalah paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran
utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat
penjelas.
Contoh:
Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya
murah-murah, Sayang banyak lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan
sampah busuk. Dari sampah, lalat terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang
yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum
sambil beristirahat dan berkelakar.
5) Paragraf Ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak ditengah paragraf.
Dengan demikian, gagasan utama terletak ditengah paragraf juga. Paragraf jenis ini sebenarnya sangat jarang
dibahas oleh para pakar, karena dalam kenyataannya berbahasa terdapat paragraf
ini.
Contoh :
Tingkah lakunya menawan. Tutur katanya sopan. Senyumnya murah dan
jarang marah. Dia tidak pernah berbohong dan tidak suka mempercakapkan orang
lain. Kesukaannya menolong sesama teman. Pantas Lexa menjadi gadis pujaan
bagi setiap orang. Tambahan lagi wajahnya cantik. Perangainya lemah lembut.
Orangnya tidak sombong dan tidak angkuh, otaknya cerdas. Dia mudah diajak
bicara dan cepat menyesuaikan diri, diapun ramah terhadap siapapun dalam
pergaulan.
Kalimat uatama sama
persis dengan ide pokok. Bila kalimat utama berupa kalimat kompleks atau
kalimat majemuk, atau kalimat perluasan, bagian yang tidak penting harus
dihilangkan. Pendek kata, ide pokok merupakan inti dari kalimat utama. Dilihat
dari wujudnya, ide pokok bisa berupa kalimat tunggal, atau berupa frasa,
contohnya:
·
Ide pokok berupa
kalimat tunggal
Kegemukan merupakan masalah kehidupan. Apabila kita telaah kembali, ternyata banyak faktor yang dapat
menyebabkan kegemukan. Faktor tersebut antara lain keturunan dan pola hidup.
Faktor keturunan diperkirakan menjadi faktor awal kegemukan. Selain itu, pola
hidup yang tidak baik seperti makan berlebihan, kurang olah raga masalah
psikologis, dan sosial juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya kegemukan.
Ide pokok :
kegemukan merupakan masalah kehidupan (kalimat tunggal)
·
Ide pokok berupa
frasa
Kekerasan terhadap
anak-anak masih terjadi hingga sekarang. Salah satu penyebabnya adalah tayangan
televisi. Muncul pertanyaan mengapa sampai detik ini tayangan kekerasan masih
ada? Lantas apa yang perlu kita lakukan guna menyikapi fenomena tersebut?
Ide pokok : salah
satu penyebab kekersan terhadap anak (frasa)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Paragraf merupakan bagian-bagian karangan yang
terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubung-hubungan secara utuh dan padu srta
merupakan satu kesatuan pikiran yang dimulai dengan
kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf, memberikan detail pendukung
untuk mendukung gagasan utama, dan ditutup dengan kalimat penutup yang
menyatakan kembali gagasan utama.
Kegunaan paragraf dalam wacana sangatlah penting, hal ini
dikarenakan mudahlah diketahui
dimana suatu pokok pikiran dimulai, dikembangkan dan diakhiri. Jelas bahwa
paragraf itu berguna untuk memudahkan memahami pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam suatu karangan. Mungkin, jika tidak ada paragraf sangat sulit
untuk memahami isi bacaan.
Paragraf memiliki beberapa ciri yaitu,
paragraf sebagai satuan pikiran yang
terkecil, paragraf sebagai kelompok kalimat, paragraf sebagai rangkaian kalimat
yang teratur, dan paragraf sebagai miniatur sebuah karangan. Paragraf juga memiliki dua bentuk visual paragraf
yaitu Pertama, bentuk balok yaitu bentuk paragraf yang menyerupai balok.
Paragraf bentuk balok ini sering digunakan dalam menulis surat, khususnya
surat-surat resmi. Kedua, bentuk paragraf menjorok yaitu bentuk paragraf
yang ditulis dengan baris pertama (kalimat utama) agak menjorok ke kanan
kira-kira 7 ketukan (karakter). Paragraf bentuk menjorok ini banyak dipakai
dalam karang-mengarang seperti pada buku teks, surat kabar, majalah, dan
sebagainya.
Macam-macam paragraf dapat dilihat berdasarkan
jenisnya dan letak kalimat utamnya. Berdasarkan jenisnya yaitu Paragraf Narasi
(Cerita), Paragraf Deskripsi (menggambrkan/menjelaskan obyek), Paragraf
Eksposisi (memberikan info), Paragraf Argumentasi (memberikan argumen dan
alasan), Paragraf Persuasi (bersifat mempengaruhi pembaca). Sedangkan
berdasarkan kalimat utamanya ada 4 yaitu Paragraf Deduktif (kalimat
uatama diawal), Paragraf Induktif (kalimat utama diakhir) Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu
generalisasi, analogi, dan kausalitas.Paragraf Campuran (kalimat utama
diawal dan diakhir), Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar adalah
paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada
seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas dan yang terakhir Paragraf
Ineratif (kalimat utama ada di tengah paragraf).
3.2 Saran
Terkait dengan paparan diatas ternyata
paragraf memilik beberapa kriteria dan macam-macamnya yang sangat luas,
menuntut para penulis untuk perlu memahami hakikat paragraf. Pemahaman dan
pengetahuan tentang hakikat paragraf dapat membantu para penulis pemula untuk
meningkatkan kualitas paragraf yang ditulisnya dengan benar. Sehingga kegunaan
paragraf sangat penting bagi pembacanya untuk dapat memudahkan pemahaman
tentang wacana yang dimaksud oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA
·
Kateman; Teguh Wibowo. 2008. Jurus Maut
Menguasai Materi Bahasa Indonesia untuk SMP. Jogjakarta: Locus
·
Rani, Abdul. 2007. Menulis Paragraf.
Surabaya: CV Bimantra Alluguda Sejahtera
·
Sakri, adjat. 1992. Bangun Paragraf Bahasa
Indonesia. Bandung: ITB Bandung
·
Soedjito.; Mansur Hasan. 1986. Keterampilan
Menulis Paragraf. Bandung: Remadja RK Karya CV
·
Suryanto, Alex; Agus Haryanta. 2007. Panduan
Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI. Tanggerang:
Erlangga
terimakasihhhhh.... sudah membantu
BalasHapusiyaaa sama-sama
Hapussemoga bermanfaat...
BalasHapus